Bintuni, Lembaran Papua – Sejumlah petani sayur mayur merugi, lantaran hasil bumi mereka tanam hingga saat ini kurang laku di pasaran
Selain itu, para petani justru merugi ketika memasarkan sendiri hasil buminya ke Pasar Sentral Teluk Bintuni, dimana sayur mayur yang mereka jual kadang layu dan busuk, lantaran tidak laku di pasaran.
Nurul Anwar, selaku ketua kelompok tani sayur mayur di SP 5, Selasa (12/11/2024) mengatakan sulitnya memasarkan hasil pertanian, terutama sayur mayur di Teluk Bintuni, lantaran adanya pasokan sayur mayur dari luar Daerah.
Bahkan perusahaan migas yang ada beroperasi di Teluk Bintuni, diharapkan dapat menampung hasil pertaniannya, tidak sedikitpun meliriknya, justru perusahaan migas mendapatkan pasokan sayur mayur dari luar Bintuni, tegasnya.
Selain sulitnya memasarkan hasil pertanian, para petani juga mengeluh, lantaran sulit memperoleh, pupuk dan bibit unggul sayur mayur. agar terbebas dari hama.
Anggota DPR Papua Barat dari PPP, H Asri, menemukan keluhan petani, ketika melakukan Reses III periode tahun 2024, di Kampung Agrosigemerai, Distrik Bintuni, Teluk Bintuni, menyatakan kedepannya akan menjembatani antara petani dan pemerintah daerah dalam hal pemasarana hasil pertanian, serta berkordinasi dengan pemerintah daerah Teluk bintuni, agar dibuatkan regulasi berupa Peraturan Bupati (Perbup) hingga Peraturan Daerah (Perda), pembatasan pasokan sayur mayur masuk, selama petani di Bintuni mampu memenuhi pasar.
Selain itu, selaku anggota DRD Papua Barat terpilih priode 2024 -2029 lalu, memberikan solusi ke petani agar membentuk satu wadah yakni Koperasi Unit Desa (KUD), dimana koperasi inilah nantinya dapat menampung hasil pertanian dan memasarkannya, serta melobi ke perusahaan migas dan perusahaan lainnya agar hasil sayur mayur petani dapat dibeli .
Menyangkut kesulitan lainnya berupa alat pertanian, kedepannya aspirasi petani ini bakal di perjuangkan ke tingkat Propinsi hingga ke tingkat pusat. terangnya.